A. Ikatan ionik
Untuk
mengetahui ikatan kimia dengan lebih dalam, atom harus dikenal dengan lebih
dalam. Daro awal abad 20, pemahaman ilmuwan tentang struktur atom bertambah
mendalam, dan hal ni mempercepat perkembangan teori ikatan kimia.
Kimiawan
Jerman Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan gas mulia disebabkan
konfigurasi elektronnya yang penuh (yakni, konfigurasi elektron di kulit
terluarnya, kulit valensi, terisi penuh). Ia berusaha memperluas
interpretasinya ke atom lain. Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan
muatan listrik (elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar,
bergantung apakah jumlah elektron di kulit terluarnya lebih sedikit atau
lebihbanyak dari atom gas mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom
kehilangan elektron, atom tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah
elektron yang sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan
elektron, atom tersebut akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang
sama dengan atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong
pembentukan ikatan kimia adalah gaya elektrostatik antara kation dan anion.
Ikatan kimia yang dibentuk disebut dengan ikatan ionik.
Kulit K dan
L atom natrium terisi penuh elektron, tetapi hanya ada satu elektron di kulit
terluar (M). Jadi natrium dengan mudah kehilangan satu elektron terluar ini
menjadi ion natrium Na+ yang
memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan atom neon Ne (1s22s22p6). Konfigurasi elektron atom khlor (1s22s22p63s23p5). Bila satu atom khlorin menangkap satu elektron
untuk melengkapi kulit M-nya agar menjadi terisi penuh, konfigurasi elektronnya
menjadi (1s22s22p63s23p6) yang identik dengan konfigurasi elektron argon Ar.
Pada waktu
itu, sruktur kristal natrium khlorida telah dianalisis dengan analisis
kristalografik sinar-X, dan keberadaan ion natrium dan khlorida telah diyakini.
Jelas tidak ada pertentangan antara teori Kossel dan fakta sepanjang senyawa
ion yang dijelaskan. Namun, teori ini belum lengkap, seperti dalam kasus
dualisme elektrokimia, dalam hal teori ini gagal menjelaskan fakta ekesperimen
seperti pembentukan senyawa hidrogen atau tidak diamatinya kation C4+ atau anion C4-.
B. Ikatan kovalen
Sekitar
tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dan Irving
Langmuir (1881-1957), secara independen menjelaskan apa yang tidak terjelaskan
oleh teori teori Kossel dengan memperluasnya untuk molekul non polar. Titik
krusial teori mereka adalah penggunaan bersama elektron oleh dua atom sebagai cara
untuk mendapatkan kulit terluar yang diisi penuh elektron. Penggunaan bersama
pasangan elektron oleh dua atom atau ikatan kovalen adalah
konsep baru waktu itu.
Teori ini
kemudian diperluas menjadi teori oktet. Teori ini menjelaskan,
untuk gas mulia (selain He), delapan elektron dalam kulit valensinya disusun
seolah mengisi kedelapan pojok kubus (gambar 3.3) sementara untuk atom lain,
beberapa sudutnya tidak diisi elektron. Pembentukan ikatan kimia dengan
penggunaan bersama pasangan elektron dilakukan dengan penggunaan bersama rusuk
atau bidang kubus. Dengan cara ini dimungkinkan untuk memahami ikatan kimia
yang membentuk molekul hidrogen. Namun, pertanyaan paling fundamental, mengapa
dua atom hidrogen bergabung, masih belum terjelaskan. Sifat sebenarnya ikatan
kimia masih belum terjawab.
Lewis
mengembangkan simbol untuk ikatan elektronik untuk membentuk molekul (struktur
Lewis atau rumus Lewis) dengan cara sebagai berikut.
Aturan penulisan rumus Lewis
1) Semua
elektron valensi ditunjukkan dengan titik di sekitar atomnya.
2) Satu
ikatan (dalam hal ini, ikatan tunggal) antara dua atom dibentuk dengan
penggunaan bersama dua elektron (satu elektron dari masing-masing atom)
3) Satu
garis sebagai ganti pasangan titik sering digunakan untuk menunjukkan pasangan
elektron ikatan.
4) Elektron
yang tidak digunakan untuk ikatan tetap sebagai elektron bebas. Titik-titik
tetap digunakan untuk menyimbolkan pasangan elektron bebas.
5) Kecuali
untuk atom hidrogen (yang akan memiliki dua elektron bila berikatan), atom
umumnya akan memiliki delapan elektron untuk memenuhi aturan oktet. Berikut
adalah contoh-contoh bagaimana cara menuliskan struktur Lewis.
C. Ikatan koordinat
Dengan
menggabungkan teori valensi dengan teori ikatan ion dan kovalen, hampir semua
ikatan kimia yang diketahui di awal abad 20 dapat dipahami. Namun, menjelasng
akhir abad 19, beberapa senyawa yang telah dilaporkan tidak dapat dijelaskan
dengan teori Kekulé dan Couper. Bila teori Kekulé dan Couper digunakan untuk
mengintepretasikan struktur garam luteo, senyawa yang mengandung kation logam
dan aminua dengan rumus rasional Co(NH3)6Cl3, maka struktur
singular (gambar 3.4(a)) harus diberikan.
Struktur
semacam ini tidak dapat diterima bagi kimiawan Swiss Alfred Werner (1866-1919).
Ia mengusulkan bahwa beberapa unsur termasuk kobal memiliki valensi
tambahan, selain valensi yang didefinisikan oleh Kekulé dan Couper, yang
oleh Werner disebut dengan valensi utama. Menuru Werner, atom
kobalt dalam garam luteo berkombinasi dengan tiga anion khlorida dengan valensi
utamanya (trivalen) dan enam amonia dengan valensi tambahannya (heksavalen)
membentuk suatu oktahedron dengan atom kobaltnya di pusat (gambar 3.4(b)).
Gambar 3.4 Dua struktur yang diusulkan untuk garam
luteo.
Setelah
melalui debat panjang, kebenaran teori Werner diterima umum, dan diteumkan
bahwa banyak senyawa lain yang memiliki valensi tambahan. Dalam senyawa-senyawa
ini, atomnya (atau ionnya) yang memerankan peranan kobalt disebut dengan atom
pusat, dan molekul yang memerankan seperti amonia disebut dengan ligan.
Sifat
sebenarnya dari valensi tambahan ini diungkapkan oleh kimiawan Inggris Nevil
Vincent Sidgewick (1873-1952). Ia mengusulkan sejenis ikatan kovalen dengan
pasangan elektron yang hanya disediakan oleh salah satu atom, yakni ikatan
koordinat.. Jadi atom yang menerima pasangan elektron harus memiliki orbital
kosong yang dapat mengakomodasi pasangan elektron. Kekulé telah mengungkapkan
amonium khlorida sebagai NH3・HCl. Menurut
Sidgewick, asuatu iktan koordiant dibentuk oleh atom nitrogen dari amonia dan
proton menghasilkan ion amonium NH4+, yang selanjutnya membentuk ikatan ion dengan ion
khlorida menghasilkan amonium khlorida.
Amonia
adalah donor elektron karena mendonorkan pasangan elektron, sementara proton
adalah akseptor elektron karena menerima pasangan elejtron di dalam orbital
kosongnya. (Source)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar